Seperti kita ketahui terdapat 62 juta UKM di Indonesia dan masing-masing dengan berbagai permasalahan unik yang dihadapi. Telah banyak usaha parsial yang telah dilakukan untuk membantu memberdayakan UKM tetapi apabila kita mencoba kembali pada prinsip pareto bahwa ada faktor dominan jauh lebih besar pengaruhnya terhadap keberdayaan UKM dan ada faktor kurang dominan yang apabila diperbaiki pun tidak banyak berpengaruh meningkatkan daya usaha dan daya saing UKM.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah kami lakukan, kami mengadvokasi tiga hal yang dianggap sebagai faktor dominan yang akan sangat memberdayakan UKM di Indonesia. Berikut disampaikan tiga faktor tersebut:
Issue 1: Lingkaran setan Impor Murah berakibat pada ketidakmampuan UMKM mengembangkan usahanya.
Berdasarkan hasil diskusi dengan banyak pelaku UKM dan pendukung UKM, diketahui bahwa ada beberapa entitas/ institusi yang memiliki kemampuan untuk mengamati pergerakan produk-produk yang sering ditransaksikan di Indonesia. Sayangnya informasi itu lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak asing. Pihak asing ini memang bergerak bukan hanya di indonesia tetapi secara mendunia/ global (Global Players).
Global Players mengamati produk mana yang memiliki permintaan tinggi di Indonesia, dan dalam waktu enam bulan, mereka membanjiri pasar dengan produk serupa namun lebih murah. Untuk bersaing, UMKM harus menghasilkan produk baru yang unggul untuk meningkatkan penjualannya, dan ketika hal itu terjadi, ia hanya memiliki waktu hingga enam bulan untuk memanfaatkannya.
Global Players menggunakan market intelligence untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil guna dan memperpendek siklus hidup produk unggulan UMKM, namun UMKM tidak memiliki rencana strategis untuk meresponsnya. Karena terbatasnya waktu untuk memanfaatkan investasi atau inovasi apa pun, UMKM sangat enggan untuk mengembangkan usahanya.
Proses ini adalah awal dari lingkaran setan yang biasa terjadi di kalangan usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia: produk impor yang lebih murah di pasar mengakibatkan keengganan UKM untuk berinvestasi dalam inisiatif jangka menengah dan panjang, yang pada gilirannya mengakibatkan produktivitas rendah dan inefisiensi produksi (membatasi pertumbuhan) serta membuat mereka kalah bersaing dengan pemain global. Lingkaran setan di tingkat UKM ini menciptakan lingkaran setan lain yang lebih kecil bagi masing-masing pekerja: Rendahnya produktivitas UKM menurunkan pendapatan rumah tangga, yang pada gilirannya mengakibatkan berkurangnya pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan anak-anak mereka, sehingga menciptakan lebih banyak pekerja berketerampilan rendah yang nantinya akan sangat bergantung pada UKM untuk memberikan pendapatan.
Dari paparan atas fenomena yang sudah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor utamanya adalah dibutuhkan cara agar dapat menyediakan waktu bagi para pemilik UKM Indonesia untuk belajar dan “naik kelas” sehingga pada akhirnya dapat memutus rantai lingkaran setan ini. Solusi ini telah kita paparkan di artikel ini adalah sebagai berikut:
- Beri inspirasi kepada masyarakat / pengusaha lokal untuk bersama-sama berkomitmen mencari penyedia produk lokal meskipun harganya bukan paling murah. (Go local or go home. Inspire Indonesians to buy local products even when there are other cheaper alternative products)
- Ajak pengusaha memikirkan rencana yang lebih jauh dibanding sekedar hari ini, bulan depan, atau tahun depan. Memberikan stimulus kepada UKM agar mau berinvestasi jangka menengah misalnya dengan membantu mengamankan permintaan dari serangan produk global. (Invest for the long run. Stimulate SMEs to invest in medium- to long-term initiatives despite getting bombarded by global products)
- Tingkatkan produktivitas. Asah keterampilan, dan adopsi teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas. (Productivity as the engine of growth. Focus on skills training and technology adoption to drive productivity up)
- Bertahan adalah bentuk serangan yang paling baik. Bangun ekosistem lokal dengan kebijakan perdagangan yang efektif dalam melindungi UKM dan terapkan pendekatan market intelligence yang berbasis data. (Defense is the best offense. Create a local ecosystem with effective trade policies that can protect SMEs and employ a more data-driven, market intelligent approach)
Issue 2: Potensi Imers untuk bersimbiosis mutualisme dengan UMKM dan mengantarkan UMKM dapat bersaing dengan Global Players
Salah satu masalah UMKM Indonesia adalah ketidakmampuan penggunaan data untuk memahami keinginan pasar dan juga untuk menciptakan trend. Pun ada peningkatan produksi lokal, banyak dari produksi itu disetir mengikuti trend yang tidak diciptakan di Indonesia. Global Players juga dapat mengontrol market secara sistematis karena menguasai data pasar (baik melalui penguasaan terhadap berbagai aplikasi media sosial ataupun e-commerce), dan mereka juga memiliki karakter yang sangat berani untuk mengambil resiko.
Immers dapat menjadi subset dan kolaborator UMKM yang menarik dan powerful, karena kemampuan mereka membaca pasar, kegigihan serta keberanian mereka dalam ambil resiko yang kurang lebih sama kompetitifnya dengan Global Players.
Berangkat dari penjabaran isu yang berputar pada UKM maka tidak ada salahnya apabila pelaku UKM mau berkaca pada Imers dalam ruang membaca pasar. Namun demikian diperlukan campur tangan pihak-pihak lain agar UKM berani keluar dari zona nyaman dan mencoba hal yang terasa asing namun bisa jadi sangat jitu dalam memenangkan kompetisi pasar. Berbagai macam hal yang patut diapresiasi dari Imers dan dapat dijadikan pembelajaran bagi pelaku UKM diantaranya adalah:
- Berani mempelajari berbagai cara pemasaran dan beriklan.
- Berani terjun ke dunia digital dan memaksimalkan pemanfaatan teknologi digital
- Sangat termotivasi untuk menemukan winning product atau merumuskan/ memformulasikan winning product
- Mampu mengembangkan jaringan/kenalan dan melakukan kerja sama baik dengan supplier, sesama pelaku, maupun usaha pendukung seperti logistik, pergudangan, produksi, pemasaran dan lainnya.
- Berani mengalokasikan anggaran secara terukur untuk keperluan beriklan.
Issue 3: Fokus pada Value Creation, bukan sekadar Cinta produk lokal
Dalam Praktiknya, kita juga sebaiknya tidak jatuh ke jargon,”Cintai Produk Lokal”, melainkan perlu lebih fokus pada dampak pembentukan nilai produk melalui kreasi (impact creation). Isu ini kami angkat sebagai komentar dari kebijakan dan pergerakan yang sangat perlu diapresiasi dan sudah sangat baik namun seiring berjalannya waktu ternyata implementasi di lapangan tidak selalu memenuhi ekspektasi awal. Pertama karena banyak merchant yang walaupun mengaku produksi di Indonesia, sebetulnya tidak produksi di Indonesia dan bahkan impor. Dan, kedua karena, walaupun sebuah produk diproduksi di Indonesia, namun rantai pasoknya (supply chain) bisa saja dari luar negeri, sehingga dampak ke industri lokalnya sedikit. Contoh sederhananya: Produk lokal ditandai dengan brand lokal tetapi produksi di luar negeri, atau produk lokal yang diproduksi di dalam negeri tetapi dari investor asing sehingga lagi-lagi pemainnya bukan anak bangsa.
Untuk alasan yang sudah disampaikan pada paragraf di atas, peran pemerintah sangat penting terutama dalam hal regulasi dan fasilitasi. Terkait regulasi, dibutuhkan efektivitas regulasi impor karena berpengaruh langsung terhadap daya saing produksi lokal. Terkait fasilitasi, dibutuhkan peran pemerintah untuk menstimulasi terjadinya konsolidasi permintaan, peningkatan nilai produk melalui pendekatan ekonomi kreatif, akses yang lebih dekat terhadap pasar, serta akses rantai pasok lokal. Dengan adanya fasilitasi dan stimulasi dari pemerintah, UKM menjadi lebih berdaya, dapat merencanakan dengan skala yang masif dan harga yang lebih murah lagi.
Cosmos percaya bahwa UKM akan masih sangat dan semakin berperan besar bagi pembangunan ekonomi Indonesia serta menjadi salah satu pintu dalam memandirikan dan mensejahterakan masyarakat. Di sisi lain, bentuk permasalahan UKM terus akan berdatangan silih berganti, namun jangan sampai kita semua kehilangan fokus atas faktor yang akan mempengaruhi UKM Indonesia dalam jangka menengah dan panjang. Pengembangan ekosistem UKM adalah proses tahunan dan tidak dapat sepenuhnya diserahkan kepada UKM sehingga perlu partisipasi aktif dari berbagai pihak yang dapat secara langsung dan tidak langsung mendukung kemandirian UKM Indonesia dan mengusung UKM berprestasi untuk menjadi Global Players.