Potensi Kekayaan Intelektual berbasis Kreatif

Perkembangan Kekayaan Intelektual (KI) di Indonesia atau lebih familiar disebut Intellectual Property (IP) terus meningkat dan semakin relevan terutama dalam bentuk KI bidang kreatif namun belum banyak ditemui penelitian dan tulisan mengenai Kekayaan Intelektual. Ini menjadi sebuah indikator bahwa KI kreatif belum mendapatkan perhatian yang cukup, dan barangkali karena kurangnya perhatian itu pula sehingga industri KI belum menjadi industri yang matang di tanah air.

Oleh karena itu, tulisan ini hendak mencoba berkontribusi dengan memaparkan dan memetakan terkait KI ini. Dimulai dari definisi KI, menurut Kemenkumham KI adalah hak yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada kreator, inventor, desainer, dan pencipta berkaitan dengan kreasi atau karya intelektual mereka. Data dari Kemenkumham menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam daftar 10 besar negara berkembang dengan jumlah permohonan kekayaan intelektual (KI) atau Intellectual Property (IP) terbanyak versi World Intellectual Property Organization (WIPO).  Sedangkan KI menurut  WIPO mengacu pada kreasi pikiran, seperti penemuan, karya sastra dan artistik, desain, serta simbol, nama, dan gambar yang digunakan dalam perdagangan. KI dibagi menjadi beberapa jenis misalnya paten, hak cipta, dan merek dagang, yang memungkinkan orang untuk mendapatkan pengakuan atau keuntungan finansial dari apa yang mereka ciptakan atau hasilkan

KI sangat melekat dengan ekonomi kreatif karena sesuai dengan definisi Ekonomi kreatif yaitu ekonomi kreatif adalah hasil perputaran ekonomi yang dihasilkan dari Kekayaan Intelektual (KI) atau Intellectual Property (IP). Definisi ekonomi kreatif menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia adalah suatu industri berlandaskan gagasan kreatif, kemahiran, dan talenta yang dikuasai perseorangan. Tujuannya agar mampu mewujudkan ketentraman sekaligus menggagas lapangan pekerjaan melalui kreativitas yang dikuasai. KI yang paling banyak ditemui di ekonomi kreatif berbentuk KI kreatif seperti animasi, kartun, karakter dan karya kreatif lainnya.

Gambaran KI di Indonesia

Perputaran ekonomi KI sudah menghasilkan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yaitu sebesar Rp 1.105 Triliun atau sekitar 7% dari rata-rata PDB pada tahun 2019, KI juga mampu menyerap 17 juta tenaga kerja dalam setahun, sekaligus menempatkan Indonesia pada posisi ketiga di dunia dalam persentase kontribusi Ekonomi Kreatif berbasis Kekayaan Intelektual terhadap PDB. Selain itu menurut data dalam laporan tahunan WIPO yang dirilis pada akhir tahun 2022 Indonesia juga telah menjadi negara kedua yang mengajukan pendaftaran dagang sebanyak 127.142. Hal ini menjadi momentum perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia dengan memanfaatkan KI di masa mendatang karena potensi perputaran ekonominya sangat besar. Contoh dari pemanfaatan KI terutama KI kreatif adalah membuat iklan dengan menggunakan KI kreatif,  memproduksi merchandise, membuat licensing deal atau apapun bisnis berkaitan dengan KI kreatif berpotensi menghasilkan pendapatan ekonomi yang sangat besar.

Tim Cosmos mewawancarai Muhammad Noviar selaku Chief Investment Officer dari Infiacorp. Menurut beliau banyak KI kreatif di Indonesia diciptakan oleh seorang kreator dan memulai mempromosikan karyanya melalui media sosial. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa hasil kreasi yang diciptakan para kreator-kreator di Indonesia khususnya yang memang bisa berkembang menjadi cukup banyak hal ketika dimainkan di berbagai medium. “KI kreatif yang sifatnya karakter seperti komik, jadi start nya dari komik di IG yang kemudian berkembang bisa menjadi animasi, bisa juga berkembang menjadi merchandise” lanjutnya. Salah satu contoh KI kreatif yang yang dimaksud oleh beliau ini adalah Tahilalats. Tahilalats menjadi suatu contoh bagaimana KI kreatif bisa dikembangkan karena berhasil memulai bisnis cafe, film, komik strip, merchandise, toko, photo booth dan banyak hal dan menjadi salah satu KI kreatif yang dapat diterjemahkan ke dalam bentuk bisnis apapun. 

Berdasarkan kisah sukses yang diamati dari IP yang baru berbentuk potensi sampai akhirnya terbukti menjadi IP yang kuat dan memiliki banyak turunan bisnis, Pak Viar percaya bahwa hal ini dapat direplikasi, ada metodologi dan tahapan proses yang bisa diikuti. Dengan gambaran tersebut, diharapkan industri KI kreatif – dengan dukungan dari berbagai pihak – menjadi sesuatu yang menjadi penggerak ekonomi, penolong UMKM untuk naik kelas dan memiliki daya saing di tingkat nasional dan internasional. 

Mempersiapkan KI untuk komersialisasi

Walaupun potensi dari KI kreatif ini sangat besar namun tidak semua KI kreatif dapat mencapai apa yang disebutkan tadi, perlu ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar bisa membantu para calon kreator atau kreator KI kreatif untuk dapat bersaing dan bisa menembus pasar nasional dan internasional. Tim Cosmos sudah melakukan riset dan menghasilkan kesimpulan 7 syarat KI kreatif yang siap bersaing di pasar, ketujuh syarat itu adalah:

  • Memiliki tribe / fans / komunitas / followers.
  • Memiliki story / culture / narasi.
  • Memenuhi The Rule of Seven (7) *
  • Memiliki kemampuan adaptasi untuk berkolaborasi dengan brand lain
  • Memiliki keunikan
  • Relatable **
  • Memiliki reservoir content

*) The Rule of Seven (7) adalah sebuah konsep yang mengemukakan bahwa seseorang perlu melihat atau mendengar tentang sesuatu setidaknya tujuh kali sebelum hal tersebut benar-benar menciptakan dampak atau kesan yang kuat.

**) Relatable dapat dibangun dengan menerapkan metode DRAGONS yaitu akronim yang harus mewakili langkah-langkah dan prinsip-prinsip yang perlu diterapkan seperti : D – Data-Driven Approach; R – Real Storytelling; A – Audience-Centric Content; G – Genuine Engagement; O – Online and Offline Integration; N – Nurturing Relationships; S – Social Responsibility

Lifestage KI

Dari pengalaman mengamati perkembangan IP kreatif, tim Cosmos mengelompokkan KI kreatif ke dalam 6 tingkatan dan setiap tingkatan memiliki ciri khas masing – masing dan bisa dilihat pada Tabel 1

Tabel 1 Lifestage KI

IP level 1 IP level 2 IP level 3 IP level4 IP level 5 IP level 6

Ciri – ciri

Memiliki cerita, konten konsisten,tapi belum memiliki followers 

Sudah mulai mendapat followers, tapi belum mendapat sponsor

Sudah mendapat sponsor Sudah berkolaborasi dengan pihak eksternal, sudah multiplatform dan bisa mengembangkan bisnis Sudah melebarkan bisnis 

Bisa menembus pasar mainstream, IP nya ditemukan di berbagai macam toko 

Konten

Konsisten tapi belum ada jadwal pasti

1 konten per minggu

5  konten per minggu dan sudah mengikuti trend di masyarakat 6 – 7 konten per minggu sudah mengikuti trend di masyarakat 8 – 9 konten per minggu sudah mengikuti trend di masyarakat

>9 konten per minggu sudah mengikuti trend di masyarakat

Sponsor

Belum mendapat sponsor

Belum mendapat sponsor Sudah mulai mendapatkan sponsor Sudah mendapatkan sponsor Sudah mendapat 1-2 sponsor

Sudah disponsori >3 brand

Kolaborasi

Belum berkolaborasi dengan pihak manapun

Belum berkolaborasi dengan pihak manapun Belum berkolaborasi dengan pihak manapun Sudah berkolaborasi dengan 1 – 3 brand lain Sudah berkolaborasi dengan 4 – 5 brand lain

Sudah berkolaborasi dengan >5 brand lain

Ekspansi Bisnis

Belum berekspansi

Belum berekspansi Belum berekspansi Mulai berekspansi  Sudah berekspansi

Memiliki beberapa sektor bisnis

Available secara publik

Belum

Belum Belum Belum Sudah bisa ditemukan di e-commerce 

Sudah bisa ditemukan di e-commerce 

Contoh Pohon Bisnis dari KI kreatif lokal

Keberhasilan sebuah IP adalah ketika dapat disematkan dengan brand lain, produk lain, dan bisnis lain, dan meningkatkan nilai dari bisnis secara signifikan. Berikut ini disampaikan beberapa contoh KI kreatif yang sudah mengembangkan dan memanfaatkan KI dalam berbagai sektor bisnis.

Gambar 1. Pohon Bisnis Tahilalats / Mindblowon

Tahilalats pada 2014 atau juga dikenal sebagai Mind Blowon, merupakan sebuah komik Online berbahasa Indonesia yang dibuat, ditulis, dan diilustrasikan oleh Nurfadli Mursyid. Tahilalats pertama kali dipublikasikan melalui Instagram pada tahun 2014. Tahilalats memiliki ciri khas empat panel dan sukses menjadi komik online nomor 1 di Indonesia. Tahilalats juga ada di Line Webtoon dan media sosial lain seperti Twitter dan Facebook. Seiring berjalannya waktu, Tahilalats memanfaatkan popularitasnya dengan melebarkan sektor bisnis. Hingga saat ini Tahilalats mampu setidaknya memiliki 4 sektor bisnis beserta turunan produknya yaitu bisnis food and beverages yang contoh produknya yaitu cafe dan berbagai macam menu makanan dan minuman, bisnis mainan dengan memproduksi card game dan action-figure dari karakter tahilalats, bisnis merchandise yang memproduksi contohnya baju, totebag dan photobook. Selain itu Tahilalats juga berbisnis licensing dengan berkolaborasi dengan brand lokal seperti Somethinc, snack Jetz bahkan brand asal korea selatan yaitu Lock & lock. Tahilalats juga berhasil berkolaborasi dengan KI kreatif internasional yaitu Crayon Shinchan.

Gambar 2. Pohon Bisnis Jurnalrisa

Jurnalrisa dibuat oleh seorang penulis dan penyanyi asal Kota Bandung Risa Saraswati pada tahun 2017. Pada awal kemunculan Jurnalrisa merupakan suatu akun Youtube yang kontennya berfokus pada hal mistis dan horor. Akun Youtube Jurnalrisa pertama kali mengupload video nya pada tahun 2017 dengan konsep mengunjungi tempat horor dan melakukan interaksi dengan “penghuni” yang ada di tempat horor tersebut ditemani oleh beberapa anggota keluarga Risa. Sejak itulah akun Youtube yang lekat dengan nuansa horor ini mendapat popularitas dan memiliki banyak penggemar dari seluruh daerah di Indonesia. Dengan memanfaatkan momentum tersebut Jurnalrisa berinovasi untuk terus eksis dengan membuat program seperti Jurnalrisa Ghost walk Tour dan Jurnalrisa Hans memasak. Tidak hanya itu Jurnalrisa juga melebarkan bisnis mereka dengan membuat Podcast yang berjudul Podcastery JurnarRisa, lalu mereka mulai berbisnis merchandise dengan menggunakan KI kreatif Jurnalrisa. Sampai saat ini KI kreatif Jurnalrisa telah sangat berkembang dan berhasil membuat coffee shop yang berlokasi di Bandung dan mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat terutama penggemar IP Jurnalrisa, tidak hanya itu Jurnalrisa pun sudah memiliki tv series yang sudah tayang di OTT berbayar.

Gambar 3. Pohon Bisnis Evos eSport

Evos eSport adalah suatu tim e-sport yang didirikan pada tahun 2016. Evos sampai saat ini memiliki 4 tim di 4 divisi game terutama game mobile. Sejak 2016 Evos sudah meraih banyak prestasi dari tiap divisi game dan memiliki fanbase dan loyalis yang masif dari seluruh penjuru di Indonesia. Evos memulai bisnis merchandise pada tahun 2018 dengan menjual jersey tim mereka dan juga beberapa aksesoris. Selain itu evos juga melakukan kolaborasi dengan beberapa brand terkenal seperti Wakai dan Puma dengan membawa KI kreatif mereka. Hal ini juga yang membuat beberapa brand terkenal tertarik menjadi sponsor dari tim Evos, sebut saja brand provider seluler terkenal seperti Axis, brand makanan Pop mie dan masih ada beberapa brand lain yang menjadi sponsor dari Evos eSport.

Potensi KI kreatif di Indonesia

Dari beberapa contoh KI kreatif yang sudah memiliki pohon bisnis dapat disimpulkan betapa besar dan luasnya potensi KI kreatif di Indonesia dari segi ekonomi. Potensi KI kreatif secara ekonomi diperkirakan akan mencapai angka 300 Triliun rupiah pada tahun 2025 dengan catatan dikelola dengan baik dan mendapat perhatian dari pemerintah. Namun sayangnya, potensi bangkitan ekonomi sebesar 300 triliun ini diperkirakan 99% masuk ke kantong KI luar negeri dan media konglomerasi besar, sementara kreator lokal hanya akan mendapat 1%. Kue bisnis yang dapat diserap oleh kreator lokal masih sangat kecil karena kreator lokal belum mengetahui apa yang harus dilakukan dengan kreasi yang mereka ciptakan. Kondisi ini memerlukan perhatian khusus dari pemerintah jika ingin memenuhi target 30 juta ekonomi kreatif di 2024. Untuk memenuhi target tersebut Pemerintah bisa mendukung inisiatif inkubasi KI pembentukan ekosistem industri KI. Keberadaan ekosistem industri yang melibatkan entitas berpengalaman di bidang KI diharapkan dapat membuka jaringan pasar, jaringan pengetahuan, dan jaringan pendanaan sehingga menjadi pemicu kebangkitan para kreator lokal.

Reference:
https://jambi.kemenkumham.go.id/layanan-publik/pelayanan-hukum-umum/panduan-kekayaan-intelektual
https://en.antaranews.com/news/268692/indonesia-in-wipos-top-10-list-for-ip-applications
https://www.wipo.int/about-ip/en/#:~:text=Intellectual%20property%20(IP)%20refers%20to,and%20images%20used%20in%20commerce
https://katadata.co.id/sorta/lifestyle/64d06eb931e84/pengertian-ekonomi-kreatif-menurut-para-ahli-dan-ciri-cirinya?page=all
https://www.kemenkumham.go.id/berita-utama/ekonomi-kreatif-berbasis-kekayaan-intelektual-jadi-poros-ekonomi-nasional
https://en.antaranews.com/news/268692/indonesia-in-wipos-top-10-list-for-ip-applications
https://id.wikipedia.org/wiki/Tahilalats#:~:text=Pertama%20kali%20dipublikasikan%20melalui%20akun,lain%20seperti%20Twitter%20dan%20Facebook

Bagikan:

Opini Terkait

Lika-Liku Mewujudkan Inklusivitas di Lingkungan Kerja

Inklusivitas menjadi topik yang mulai sering kita dengar baik dalam media sosial maupun dalam kehidupan sehari-hari. Topik ini biasanya sering diutarakan oleh organisasi masyarakat sipil, organisasi non pemerintah juga pemerintah baik di level kementerian, provinsi, maupun pemerintah kota dan pemerintah desa.

Baca Selengkapnya »

Perilaku Pemilik UKM di Indonesia

Perubahan merupakan sesuatu yang selalu menjadi tantangan bagi setiap orang terutama bagi pemilik usaha. Perubahan apabila disikapi secara positif adalah waktu terbukanya kesempatan (opportunity) baru. Namun seringkali perubahan menjadi  beban dan sebisa mungkin dihindari. Sayangnya, menghindari perubahan adalah salah satu perilaku yang sering ditemukan pada pemilik UKM di Indonesia.

Baca Selengkapnya »

Potensi Kekayaan Intelektual berbasis Kreatif

Perkembangan Kekayaan Intelektual (KI) atau lebih familiar disebut Intellectual Property (IP) di Indonesia terus meningkat dan semakin relevan terutama dalam untuk KI bidang kreatif. Namun demikian, penelitian dan tulisan mengenai Kekayaan Intelektual bisa dibilang belum banyak. Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa KI kreatif belum mendapatkan perhatian yang cukup sehingga belum dapat menjadi industri yang matang. Oleh karena itu, tulisan ini hendak mencoba berkontribusi dengan memaparkan dan memetakan terkait KI ini.

Baca Selengkapnya »