Dengan investasi sejumlah Rp 200.000,00 yang digunakan untuk merancang kampanye periklanan melalui platform Facebook Ads, saat ini Anton menjabat sebagai pendiri WOU Group yang sukses mencapai minimal 11.000 orderan per bulan dalam sektor penjualan produk batik dan fesyen. Awalnya, Anton hanya memulai usahanya dengan mengambil foto produk batik dari berbagai pemasok, yang selanjutnya ia promosikan melalui media periklanan Facebook Ads. Upaya ini berbuah manis, dengan produk-produk yang berhasil terjual dengan efektif. Produk-produk fesyen seperti gamis dan jilbab mampu mencapai tingkat penjualan hingga 2000 paket per hari, sementara penjualan produk batik mencapai 300 paket per hari. Saat ini, WOU Group telah tumbuh menjadi sebuah perusahaan yang memiliki total 67 karyawan yang bekerja di bawah kepemimpinan Anton.
Keberhasilan Anton dalam mencapai puncak kesuksesan ini telah memicu pertanyaan mendasar, yaitu apakah kita semua memiliki potensi untuk menjadi “Anton” berikutnya.
Fakta menariknya, Anton dapat menguasai pasar batik di salah satu e-commerce hanya dalam kurun waktu 2-3 tahun saja. Anton merupakan bagian dari sebuah fenomena terbaru yang telah muncul dan berkembang pesat selama 20 tahun kebelakang yang disebut sebagai Imers. Imers atau pelaku internet marketing merupakan salah satu dari jutaan gelombang pembaru ekonomi yang mengeruk keuntungan dengan memanfaatkan teknologi internet. Walaupun definisinya masih beragam, secara sederhana Imers adalah seseorang yang memulai usaha internet marketing dengan mengiklankan berbagai macam produk milik orang lain di internet melalui Google Ads, Facebook Ads dan email. Imers adalah profesi yang tidak sepopuler profesi lainnya namun memberikan peluang besar untuk mencapai keberhasilan bagi siapa saja yang mampu menguasai strategi nya. Tidak sampai di situ, imers mampu mengembangkan bisnisnya dalam kurun waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan model bisnis konvensional. Kelihaian Imers terletak pada mindset scale up bisnis yang mengakselerasi kesuksesan pencapaian omzet miliaran dalam kurun waktu relatif singkat, yaitu 1-3 tahun.
Walau begitu tidak semua imers yang memulai dari nol dapat menjadi seperti Anton, banyak diantara mereka yang tetap terjebak di penghasilan yang tidak seberapa dan omzet per bulan yang tidak kunjung tumbuh, sehingga timbul suatu pertanyaan apakah ada suatu peta jalan yang dapat membantu seseorang yang baru mulai merintis perjalanan imers-nya untuk dapat mencapai status seperti Anton. Bagaimana tahapan-tahapan yang akan terjadi, dan apa masalah yang akan timbul dalam perjalanan tersebut?
Untuk mendapatkan jawaban bagaimana imers dapat tumbuh dari Zero to Hero, Evermos berkolaborasi dengan Center of SME Movement (Cosmos) mewawancarai berbagai pelaku imers dan menemukan bahwa ternyata betul ada pola nyata yang jamak dilewati Imers untuk dapat “naik kelas” dari satu tahapan Imers ke tahapan berikutnya, dimana setiap tahapan menunjukkan kenaikan dalam omzet per bulan Imers. Tahapan – tahapan tersebut diantaranya adalah:
- The Hit-and-Run : si tabrak lari
- The Survivor : sang penyintas
- The Pioneer : sang perintis
- The Rising : penantang baru
- The Challenger : penantang usaha mainstream
Saat ini, berdasarkan Industry insight, diestimasi jumlah penggiat Imers mendekati 25.000 individu, dan hal yang juga menarik dari keseluruhan Imers tersebut, ternyata hanya sedikit sekali individu yang mampu mencapai tingkat Challenger. Merujuk dari data yang kami kumpulkan dari Evermos (2023), kebanyakan individu terjebak pada tahapan Hit and Run dengan persentase 95 persen lalu disusul oleh The Survivor dengan 4.5 persen. Persentase semakin kecil untuk The Pioneer yang hanya mampu mengumpulkan 0.42 persen. Sisanya, The Rising dan The Challenger masing masing berada pada 0.03 persen dari total populasi di dunia Imers. Perbedaan signifikan dari persentase tiap tahapan memunculkan pertanyaan lain terkait latar belakang apa yang menengarai hal ini terjadi.
Gambar 1. Life Stages Imers dan profil lengkap tiap tahapannya
Berdasarkan pada grafik di atas, perjalanan karir dari Imers dibagi berdasarkan rentang omzet rata – rata per bulan. Garis biru eksponensial menunjukkan omzet rata – rata Imers per bulan. Untuk garis hijau fluktuatif menggambarkan fluktuasi pendapatan per bulan dari Imers. Pada awal karir Imers, tepatnya di tahapan Hit and Run, Survivor dan Pioneer pendapatan Imers cenderung tidak stabil dan banyak mengalami kenaikan dan penurunan. Seiring dengan berjalannya waktu, Imers yang mampu bertahan melewati fase tidak stabil tersebut akan menemukan titik equilibrium pada tahapan Rising dan Challenger. Sedangkan informasi yang ingin ditunjukkan melalui garis merah adalah informasi terkait dengan titik krusial bagi Imers yang sedang mengalami kejatuhan. Pada titik tersebut, Imers harus segera beranjak untuk “naik kelas” ke tahapan selanjutnya karena potensi kebangkrutan pada titik tersebut cukup tinggi.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, terdapat lima tahapan karir Imers hingga mencapai titik equilibrium omzet rata – rata per bulan. Secara berurutan tahapan – tahapan tersebut adalah Hit and Runner, Survivor, Pioneer, Rising, dan Challenger. Masing – masing tahapan memiliki profil dan karakteristik yang berbeda. Lebih dalam artikel ini mencoba mengulas lebih jauh terkait dengan profil dan karakteristik Imers, tantangan yang dihadapi, serta key success factor oleh tiap tahapan Imers.
The Hit and Run
Tahap pertama adalah tahap hit and run. Pada tahap ini, Imers masih menjalankan semua bisnisnya seorang diri dikarenakan omzet yang dihasilkan pun masih minim yaitu berkisar di antara 0 – 100 juta Rupiah per bulan. Imers masih bertindak hanya sebagai dropshipper atau reseller yang menjual berbagai macam barang tanpa memiliki fokus produk unggulan. Sebagian besar alokasi modal digunakan untuk mengiklankan produk di FB Ads dan Google Ads dan mencari produk unggulan. Pola pikir Imers pada tahap ini berkutat di menghasilkan omzet dalam waktu dekat, menjual barang yang overclaim belum memikirkan arus kas dan keberlanjutan dari bisnis. Sangat jarang Imers memiliki tim pada tahapan ini karena mereka belum terlalu sadar akan pentingnya tim yang solid dan masih belum banyak pengalaman di dunia internet marketing. Jamaknya, seorang Imers akan membentuk tim tidak lebih dari 3 orang yang terdiri dari customer service dan admin.
The Survivor
Tahap selanjutnya adalah tahap the survivor. Di tahap kedua ini, Imers mulai berkembang dan memiliki tim walaupun sebagian besar baru terdiri dari Customer Service dan Admin. Zona ini merupakan zona kritis bagi Imers. Jika ingin bertahan, Imers harus mulai memikirkan strategi yang lebih progresif dan mulai memikirkan untuk merintis produk sendiri. Jika tidak segera keluar dari zona ini kemungkinan besar usaha Imers akan gagal di tahap ini. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar Imers pada tahap ini masih berperan sebagai dropshipper dan reseller, namun kategori produk yang ditawarkan sudah mulai fokus pada produk tertentu saja dan sudah ada target untuk memiliki produk sendiri. Imers di tahap ini sudah memiliki kesadaran akan pentingnya arus kas yang rapi.
The Pioneer
Tahap The Pioneer merupakan tahapan ketiga dari seluruh tahapan Imers. Imers tidak lagi berkutat pada mencari produk unggulan melainkan sudah fokus untuk mengembangkan produk / merek dagangnya sendiri. Berbekal pengalaman dan pengetahuan yang cukup mumpuni, Imers berani mengembangkan produk dan tim secara masif dan progresif. Pada beberapa imers yang kami temui, mereka sudah memiliki kerjasama dengan maklon untuk dapat memenuhi permintaan pasar skala besar. Alokasi modal terbesar untuk pengembangan produk. Kendala signifikan yang mereka hadapi pada tahap ini diantaranya adalah pada keterbatasan kapasitas produksi dan distribusi barang, pada beberapa kasus didapati produk dari Imers The Pioneer ini dipalsukan oleh oknum tertentu.
The Rising
Salah satu tahapan akhir dari seorang Imers ada pada tahapan Rising. imers pada tahapan ini memiliki nuansa yang hampir mirip dengan pelaku UKM yang mana fokus usahanya ada pada pengembangan produk sendiri dan perlahan – lahan berhenti menjual produk dari produsen lain. Pada tahapan ini, Imers sudah bermitra dengan beberapa maklon untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin besar sembari merintis pembangunan pabrik milik sendiri. Ditemui pada beberapa Imers, mereka sudah memiliki toko offline yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Alokasi modal terbesar untuk pengembangan produk dan pemutakhiran teknologi produksi. Masalah terbesar yang mereka hadapi adalah bertarung melawan sindikat pemalsuan produk mereka. Hal ini dikarenakan produk mereka sudah memiliki nama besar dan kualitas yang terjamin.
The Challenger
Tahapan puncak dari seorang Imers berakhir pada tahapan The Challenger Pada tahapan puncak ini, produk yang dijual oleh Imers sudah menjadi produk top of mind karena didorong oleh branding yang kuat. Bukan hanya memproduksi satu atau dua produk unggulan, namun memiliki beberapa hilirisasi produk yang dijual. Tak jarang pada level ini, Imers sudah berbentuk grup korporasi. Toko offline produk Imers dapat ditemukan di kota – kota besar di Indonesia. Target usaha Imers sudah sangat ambisius yaitu menguasai pasar domestik. Alokasi modal paling besar digunakan untuk riset pengembangan produk dan pemutakhiran teknologi produksi. Bisnis pada level ini sudah cukup stabil karena semua sistem esensialnya sudah terpenuhi secara maksimal. Kendala yang dihadapi pada tahap ini
Sebelum adanya industri imers, terasa mustahil untuk membayangkan pertumbuhan bisnis secepat yang telah dicapai oleh Anton tanpa memerlukan modal besar. Namun, hadirnya industri imers membuka peluang yang lebih luas bagi sejumlah individu. Meskipun modal awal yang diperlukan menjadi lebih terjangkau, bukan berarti pertumbuhan dalam industri imers menjadi sederhana. Dalam konteks ini, diperlukan individu yang tekun dan bersedia untuk terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang terus muncul.
Walau begitu, keberhasilan industri Imers tidak hanya berpengaruh pada diri individu yang terlibat. Keberhasilan industri imers juga memiliki potensi untuk meningkatkan produksi lokal yang bermitra dengan Imers. Pola pikir scale up digital bisnis yang digenggam Imers juga dapat dijadikan jalan pintas bagi pelaku UMKM agar naik kelas dalam waktu singkat. Hal ini penting terutama di Indonesia dimana berbagai UMKM mengalami kendala dalam pertumbuhan bisnisnya karena kurangnya pemahaman mengenai keinginan pasar ataupun kemampuan membaca trend. Kedua kekurangan UMKM ini justru merupakan kemampuan utama dari Imers yang berhasil, sehingga kolaborasi antara Imers dan UMKM lokal mempunyai potensi untuk meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, mungkin saja kunci untuk meningkatkan daya saing Indonesia dalam dunia bisnis global adalah melalui Imers.